Lalu lintas di Indonesia
Di Indonesia kota kota besar seperti Jakarta merupakan pusat kota yang dipenuhi dengan gedung-gedung pencakar
langit, hampir dapat dipastikan banyak dibangun gedung-gedung yang menjulang
tinggi di setiap sudut kota. Menopang perekonomian sekaligus pemerintahan
Indonesia. Tatanan kota yang begitu
lengkap, hampir semua pusat kehidupan bertumpu di kota ini hingga tak ayal
semua manusia berbondong-bondong datang ke Jakarta untuk mengadu nasib. Ruang
gerak yang seadanya harus menampung berjuta-juta manusia hilir mudik setiap
harinya. Seperti keadaan yang dipaksakan. Jumlah penduduk semakin meningkat
tetapi sistem yang menaungi tak menyanggupinya.
Hal ini bisa dilihat dari potret keseharian ibu kota Jakarta,
bagaimana sistem lalu lintas tak mampu mengatur hajat hidup orang banyak.
Kemacetan tak dapat dihindarkan hingga kecelakaan selalu terjadi di setiap
detiknya. Siapa yang harus disalahkan? Para petinggi pemerintah kah? Rakyat
kah? Sistem yang menaunginya kah? Para pembuat kebijakan kah? Pedagang asongan
kah? Atau para pengemudi itu sendiri? Sungguh sangat memprihatinkan ketika
kondisinya sudah saling menyalahkan satu sama lain. Pemerintah menyalahkan
rakyat, rakyat menyalahkan pemerintah, pengemudi saling menyalahkan satu sama
lain, pedagangpun juga ikut disalahkan. Situasi yang seperti ini seharusnya
bukan saling menyalahkan tapi sadar akan kesalahan yang telah diperbuatnya
karena hal ini menyangkut semua orang yang terlibat dalam sistem lalu lintas
itu sendiri mulai dari pemerintah hingga pedagang kaki lima yang ikut
berpartisipasi dalam menggunakan jalan.
Peningkatan jumlah kendaraan kini meningkat tajam sehingga lalu
lintas ibu kota Jakarta dapat dipastikan lumpuh total setiap harinya. Bayangkan
saja, jumlah kendaraan yang melintas setiap harinya di seluruh kota Jakarta
mencapai 38.000.000 kendaraan. Peningkatan jumlah kendaraan tak diimbangi
dengan peningkatan sarana dan prasarana dalam berlalu lintas.
Lalu Lintas di Jepang
Sedangkan
di Negara Jepang masyarakatnya hidup dengan teraturnya. Siapa yang tak mengenal
Jepang? Negara maju dengan sistem yang maju pula. Tak hanya itu, masyarakat
yang hidup disana pun memiliki intelektualitas yang tinggi. Hal ini bisa
dilihat dari budaya kesehariannya mereka. Shibuya adalah tempat untuk melihat
ribuan pejalan kaki menyebrang dengan tertibnya di jalanan Tokyo yang padat.
Ini adalah sebuah pemandangan yang menarik bagi para turis. Pada detik-detik
sebelumnya, lalu lintas dipadati oleh mobil. Namun jalanan tersebut sontak akan
terdiam sedetik dan kemudian berganti dengan ribuan gerakan kaki yang sedang
berjalan tergesa-gesa diiringi oleh bunyi penanda waktunya pejalan kaki untuk
bergerak. Lalu kemudian di detik-detik berikutnya jalanan kembali menjadi sunyi
dan berubah dipenuhi oleh mobil. Begitu saja seterusnya kegiatan pagi sampai
malam hari di Shibuya. Hal ini dikarenakan terpasangnya CCTV di jalan protokol,
apabila diketahui ada yang melanggar peraturan lalu litas maka akan segera
mendapat sanksi. Tapi bukan karena sanksinya, hal ini dapat dilihat bagaimana
mereka menerapkan peraturan dimanapun berada. Di kota-kota kecil yang
juga tidak terlalu banyak mobil. Bahkan pada jam-jam tertentu keadaan jalan
bisa sunyi. Para pejalan kaki tetap saja menunggu dengan setia lampu merah
berubah menjadi hijau. Bahkan, kejadian ‘terlalu taat’ ini juga dijumpai ketika
ada jalanan kecil yang hanya kalau dikira-kira hanya muat untuk satu mobil.
Hanya dengan jarak tidak lebih dari dua meter, orang Jepang tersebut dengan
setianya berdiri menunggu lampu berubah menjadi hijau. Barulah kemudian dia
menyebrang. Padahal jika Anda tahu, kondisi jalanan saat itu adalah super sepi
tanpa ada suara derum mobil bahkan dari jauh sekalipun. Hebat ya!