Racun
berbahaya ternyata terkandung di dalam baterai jenis lithium-ion. Padahal
baterai ini seringkali diterapkan pada perangkat ponsel. Pernyataan mengejutkan
ini datang atas penelitian sejumlah ahli fisika. Para peneliti dari
Commonwealth University Virginia, baru-baru ini membuktikan kalau kandungan
terbesar pada baterai lithium-ion adalah halogen beracun.
Menurut
para peneliti sebenarnya kandungan elektrolit itu dapat diganti agar tidak
mengandung racun dan tetap ramah terhadap lingkungan. Bahan katoda dianggap
lebih aman dan tidak beracun, sehingga bisa menggantikan halogen beracun di
dalam baterai lithium-ion. Dengan hasil penelitian ini, para ahli fisika
tersebut berharap para produsen baterai lithium-ion bisa mengurangi bahkan
menghilangkan produksi baterai beracun. Tentunya dengan memproduksi baterai
yang terbukti lebih aman, tanpa kandungan halogen beracun.
Salah
seorang peneliti Puru Jena, Ph.D menekankan produsen lithium-ion bisa
menghasilkan baterai yang tetap berguna bagi masyarakat, tapi tetap
mempedulikan sisi keamanan pengguna dan juga memperhatikan lingkungan. Dengan
begitu kehadiran teknologi yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia tidak
mengorbankan pengguna dan juga lingkungan yang harus tetap dijaga agar tetap
asri.
Kerusakan
lingkungan alam jelas akan mengancam keberlangsungan kehidupan manusia dan
makhluk hidup lainnya. Dengan hasil penelitian ini, para produsen lithium-ion
harus melakukan perubahan dalam produksinya. Bagi produsen ponsel sudah saatnya
memastikan hanya memakai lithium-ion yang tidak mengandung bahan halogen
beracun.